عَن
أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ:
ثَلَاثٌ
مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ
حَلَاوَةَ الْإِيْمَانِ: أَنْ يَكُوْنَ اللهُ وَ رَسُوْلُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَ أَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا
يُحِبُّهُ إِلَّا للهِ، وَ أَنْ يَكْرَهُ أَنْ يَعُوْدَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ
حَلَاوَةَ الْإِيْمَانِ: أَنْ يَكُوْنَ اللهُ وَ رَسُوْلُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَ أَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا
يُحِبُّهُ إِلَّا للهِ، وَ أَنْ يَكْرَهُ أَنْ يَعُوْدَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ
(رواه
البخاري و مسلم)
Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, dari
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Ada tiga
perkara, siapa saja memiliki ketiga perkara tersebut, niscaya akan
merasakan manisnya iman; 1- Allah dan rasul-Nya menjadi yang paling
ia cintai daripada selain keduanya, 2- dan mencintai seseorang karena
Allah, 3- dan benci untuk kembali kepada kekufuran sebagaimana ia
benci kalau dilempar ke dalam api.” [HR. al-Bukhari dan Muslim]
Hadits tersebut merupakan salah satu
hadits yang agung karena di dalamnya terdapat kandungan makna-makna
yang agung dan pokok-pokok yang merupakan dasar-dasar keimanan, yaitu
kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya, saling mencintai di antara kaum
muslimin, dan keteguhan di atas keimanan dengan membenci terhadap
kekufuran karena khawatir kalau dilempar ke dalam api neraka.
Imam an-Nawawi berkata, “Para ulama
telah mengatakan bahwa manisnya iman adalah merasa nyaman pada saat
melaksanakan ketaatan dan menanggung kesulitan-kesulitan paada
keridhaan Allah dan Rasul-Nya, serta mendahulukan itu semua di atas
kemewahan dunia. Kecintaan seorang hamba kepada Rabbnya yaitu dengan
cara mengerjakan ketaatan kepada-Nya dan tidak menyelisihi-Nya.
Demikian juga dengan kecintaan kepada Rasulullah.” (Syarh Shahih
Muslim)
- Menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai daripada selain keduanya
Di antara bentuk kecintaan kepada
Allah dan Rasul-Nya adalah mencintai syariat dan agama-Nya yang telah
disebutkan dalam kitab-Nya yang mulia dan yang telah dijelaskan oleh
Rasul-Nya dalam sunnahnya yang diberkahi. Rasulullah bersabda, “Pasti
akan bisa merasakan manisnya iman bagi orang yang ridha kepada Allah
sebagai Rabbnya, Islam sebagai agamanya, dan Nabi Muhammad sebagai
Rosulnya.” (HR. Muslim, no: 34)
Ibnul al-Qayyim berkata dalam
kitabnya Ighatsatu al-Lahfan, “Sesungguhnya cinta kepada Allah,
senang dengan-Nya, rindu untuk bertemu dengan-Nya dan ridha dengan
segala yang ditetapkan oleh-Nya, merupakan asas agama, asas bagi amal
perbuatannya, keinginannya, dan bagi kecintaannya kepada Allah.
Bahkan sikap kecintaan ini merupakan kewajiban yang paling dicintai
oleh seorang hamba dari segala macam kewajiban-kewajiban besar yang
ada dalam agama. Selain itu, juga merupakan pondasi yang paling besar
dan dasar yang paling agung. Jadi, siapa saja yang mencintai seorang
makhluk dan memposisikan cintanya sama seperti yang diberikan kepada
Allah, maka ini termasuk kesyirikan yang pelakunya tidak akan
diampuni sekaligus tidak diterima amal perbuatannya. Allah berfirman
: “Dan diantara
manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain
Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun
orang-orang yang beriman Amat sangat cintanya kepada Allah.”
[QS. Al-Baqarah (2): 165]
- Mencintai seseorang karena Allah
Tanda kesempurnaan iman seseorang
adalah apabila segala sesuatunya didasari karena Allah, baik dalam
hal cinta, benci, member ataupun hal-hal yang lain. Sebagaimana sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
“Barangsiapa mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi
karena Allah, tidak member karena Allah, maka sungguh telah sempurna
keimanannya.” [HR. Abu Dawud, dan dinyatakan shahih oleh al-Albani]
Sikap saling mencintai karena Allah
dan membangun persaudaraan karena agamanya, akan membawa manfaat yang
sangat besar kepada pelakunya sehingga bisa mengumpulkannya di surga
kelak bersama sahabatnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku berada dalam kekuasaan-Nya, kalian
tidak akan masuk surga kecuali kalau kalian beriman, dan tidaklah
kalian beriman kecuali jika kalian saling berkasih sayang. Maukah
kalian aku tunjukkan sesuatu yang apabila kalian mengerjakannya,
kalian akan saling mengasihi? Sebarkan salam di antara kalian.”
[HR. Muslim]
Di antara bentuk kecintaan terhadap
seseorang karena Allah adalah tidak mendzalimi, menghinakan,
mendustakan dan meremehkan seorang muslim. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: “Seorang muslim itu saudara bagi
muslim lainnya, tidak boleh mendzaliminya, menghinakannya,
mendustakannya, dan merendahkannya.” [HR. Muslim, no. 2580]
Adapun sikap kasih saying dan
kecintaan para pelaku kemaksiaatan dan orang-orang fasik, maka
sesungguhnya semua itu akan berubah menjadi permusuhan dan kebencian.
Dalam banyak perkara, pertentangan di antara mereka kerap terjadi
dalam kehidupan di dunia ini. Adapun di akhirat kelak, Allah telah
menggambarkan kepada kita semua. Allah berfirman:
“Teman-teman akrab pada hari itu
sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang
yang bertakwa.”
[QS. Az-Zukhruf (43) : 67]
- Teguh dalam keimanan dan membenci kekufuran
Seorang yang merasakan manisnya iman,
niscaya teguh dalam keimanannya dan tidak menghendaki kekufuran.
Orang-orang yang beriman sangat meyakini janji-janji Allah kepada
orang-orang yang beriman dan beramal shalih, serta mereka yakin akan
ancaman-ancaman Allah terhadap orang yang inkar dan berbuat
kerusakan. Oleh karena itu, kita pernah mendengar atau membaca kisah
segolongan umat yang memilih dilempar kedalam kobaran api daripada
kembali kepada kekufuran.
Allah subhanahu
wa ta’ala
berfirman:
Mereka bertanya kepadamu tentang
berperang pada bulan Haram. Katakanlah: "Berperang dalam bulan
itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah,
kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidilharam dan mengusir
penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi
Allah[134]. dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada
membunuh. mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka
(dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran),
seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu
dari agamanya, lalu Dia mati dalam kekafiran, Maka mereka Itulah yang
sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka Itulah penghuni
neraka, mereka kekal di dalamnya.
[QS. Al-Baqarah (2) : 217] Fitnah dalam ayat ini berarti
penganiayaan dan segala perbuatan yang dimaksudkan untuk menindas
Islam dan kaum muslimin.
Dalam ayat yang lain Allah berfirman
:
Barangsiapa yang kafir kepada
Allah sesudah Dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali
orang yang dipaksa kafir Padahal hatinya tetap tenang dalam beriman
(dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk
kekafiran, Maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang
besar. [QS an-Nahl
(16) : 106]
Semoga kita dapat mencintai Allah dan
rasul-Nya melebihi cinta kita kepada selain keduanya. Semoga
kecintaan kita kepada sesama atas dasar kecintaan kepada Allah,
sehingga kecintaan terhadap kelaurga, harta dan saudara tidak
melalaikan dari ibadah kepada Allah. Kita juga memohon kemantapan
dalam beriman, dan janganlah kita meninggalkan dunia ini kecuali
dalam keadaan beriman dan beragama islam. Aamiiin
Disusun oleh : Abu Hisyam Liadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar