Tampilkan postingan dengan label Hadits. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hadits. Tampilkan semua postingan

Jumat, 13 Desember 2024

Hadits Ke-05: Wajibnya Mengikuti Petunjuk Nabi


اَلْحَدِيْثُ الخَامِسُ:

Hadits Ke-05: Wajibnya Mengikuti Petunjuk Nabi



عَنْ أُمِّ الْمُؤْمِنِيْنَ أُمِّ عَبْدِ اللهِ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللهِ : مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هذا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدُّ. [رَوَاهُ اْلبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ]

وَفِي رِوَايَةٍ لِمُسْلِمٍ : مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدُّ.

Dari Ummul Mu’minin, Ummu ‘Abdillah, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Barangsiapa yang mengada-adakan dalam urusan (agama) kami ini yang bukan berasal darinya, maka amalan tersebut tertolak.” [HR. Bukhari dan Muslim]

Dalam riwayat lain milik Muslim: “Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang tidak berdasarkan perintah kami, maka ia tertolak.”

Urgensi hadits ini:

Imam An-Nawawi berkata, “Hadits ini merupakan kaedah yang besar diantara kaedah-kaedah Islam dan merupakan hadits yang singkat namun padat dari ucapan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam karena hadits ini menjelaskan tentang batilnya seluruh kebid'ahan dan seluruh perkara yang baru dalam agama islam. Hadits ini penting sekali untuk dihafal dan disebarkan karena hadits ini senjata dalam mengingkari kemungkaran." [Syarah Shahih Muslim 12/242]

Biografi Sahabat Periwayat Hadits: 

Aisyah binti Abu Bakar adalah diantara istri-istrinya Nabi, sehingga beliau adalah ummuhatul mukminin (ibunya orang-orang beriman) sebagaimana yang telah disampaikan oleh Allah bahwa istri-istri nabi adalah ibundanya orang-orang beriman. Beliau terlahir di Makkah kisaran 9 tahun sebelum hijrah. Beliau memiliki banyak keistimewaan dan keutamaan. Beliau wafat tahun 57 atau 58 H dalam usia 66 tahun dan dimakamkan di pemakaman Baqi', Madinah.

Faedah-faedah dari hadits ini:

Banyak sekali faedah yang bisa kita ambil sebagai pelajaran dalam hadits ini, diantaranya:

1.     Istri-istrinya Nabi adalah ummahatul mukminin (ibunya orang-orang yang beriman).

2.     Bolehnya berkunyah walaupun belum memiliki anak.

3.     Islam adalah agama yang sempurna.

4.     Barangsiapa yang mengada-ada perkara baru dalam agama, maka tidak diterima darinya

5.     Barangsiapa yang melakukan amalan ibadah yang tidak disyariatkan, niscaya amalan itu tidak diterima darinya.

6.     Hukum asal ibadah dalam agama ialah terlarang kecuali adanya dalil yang mensyariatkannya.

7.     Adapun dalam urusan dunia hukum asalnya boleh, kecuali adanya dalil larangannya.

Tambahan:

Mengikuti dan meneladani Nabi akan sempurna jika suatu amalan sesuai dengan syariat dalam 6 perkara, yaitu: sesuai sebab, jenis, ukuran, tata cara, waktu, dan tempatnya. Tentunya juga harus dibarengi dengan niat yang ikhlas karena Allah.

 

 

Hadits Ke-04: Amalan Tergantung Pada Akhirnya

 

اَلْحَدِيْثُ الرَّابِعُ:

Hadits Ke-04: Amalan Tergantung Pada Akhirnya



عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ, قَالَ: حَدَّثَنَا رَسُولُ اللهِ وَهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوْقُ: اِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ في بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا نُطْفَةً ثُمَّ يَكُونُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَالِكَ ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذٰلِكَ, ثُمَّ يُرْسَلُ اِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ, وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيدٌ. فَوَالَّذِي لَا إِلَهَ غَيْرُهُ, اِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا اِلَّا ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ اْلكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا اِلَّا ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا ]رَوَاهُ اْلبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ[

Dari Abu ‘Abdurrahman ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menceritakan kepada kami, dan beliau adalah ash-Shadiq al-Mashduq (yang benar lagi dibenarkan perkataannya): “Sesungguhnya seseorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk sperma, kemudian menjadi segumpal darah seperti (masa) itu, kemudian menjadi segumpal daging seperti itu pula. Kemudian seorang malaikat diutus kepadanya untuk meniupkan ruh, dan diperintahkan dengan 4 kalimat: menuliskan rizkinya, ajalnya, amalnya, dan celaka atau bahagia. Demi Dzat yang tiada tuhan selain-Nya, sesungguhnya ada salah seorang dari kalian yang beramal dengan amalan ahli surga sehingga jarak antara dirinya dengan surga hanya tinggal satu hasta, tapi catatan (takdir) mendahuluinya, lalu ia beramal dengan amalan ahli neraka sehingga akhirnya dia masuk neraka. Dan sesungguhnya ada salah seorang dari kalian yang beramal dengan amalan ahli neraka sehingga jarak antara dirinya dengan neraka hanya tinggal satu hasta, tapi catatan (takdir) mendahuluinya, lalu ia beramal dengan amalan ahli surga sehingga akhirnya dia masuk surga’.” [HR Bukhari dan Muslim]

Urgensi hadits ini:

Hadits ini merupakan petunjuk bagi seorang muslim yang menghendaki akhir kehidupan yang baik. Hendaknya setiap muslim berusaha untuk mempelajari, menghafal, mengamalkan, dan menyampaikannya kepada orang lain.

Biografi Sahabat Periwayat Hadits: 

Beliau Abu ‘Abdurrahman ‘Abdullah bin Mas’ud terlahir di Makkah, kisaran 28 tahun sebelum hijrah Beliau termasuk as-sabiqunal awwalun (yang awal-awal masuk islam). Beliau seorang sahabat yang kurus badannya namun luas ilmunya. Termasuk sahabat yang alim, menjadi rujukan dalam ilmu, dan sangat bersemangat dalam meneladani Nabi. Wafat di Madinah pada tahun 32 H pada usia sekitar 60 tahun.

Faedah-faedah dari hadits ini:

Banyak sekali faedah yang bisa kita ambil sebagai pelajaran dalam hadits ini, diantaranya:

1.     Nabi adalah pribadi yang benar ungkapannya dan seharusnya dibenarkan kabar-kabarnya.

2.     Seorang muslim hendaknya berbakti kepada orang tua, terutama kepada ibunya yang telah mengandungnya.

3.     Manusia diciptakan secara bertahap di perut ibunya, yaitu: 40 hari sebagai nuthfah (sperma), kemudian 40 hari sebagai 'alaqoh (segumpal darah), dan 40 hari berikutnya sebagai mudhghoh (segumpal daging). Setelah itu ditiupkan ruh kepadanya.

4.     Mengimani adanya malaikat yang diutus untuk meniupkan ruh saat usia kehamilan setelah 120 hari (4 bulan), kemudian malaikat itu diperintah 4 hal, yaitu: menulis rizki, ajal, amal, dan sengsara atau bahagianya.

5.     Manusia tidak mengetahui takdir yang ditetapkan kepadanya. Sehingga seorang muslim hendaknya tetap harus berusaha dan beramal, tidak boleh ia hanya sekedar pasrah pada takdir.

6.     Bolehnya bersumpah walaupun tidak diminta. Namun hendaknya tidak sembarangan dan tidak banyak bersumpah karena ada konsekuensinya.

7.     Hendaknya seorang muslim senantiasa berusaha untuk istiqomah dalam ketaatan, karena amalan tergantung akhirnya.

Tambahan:

Hadits ini merupakan kabar dari Nabi yang bersesuaian dengan ilmu kedokteran modern yang hendaknya semakin menambah keimanan dan keyakinan kita terhadap kebenaran yang disampaikan oleh Nabi. Namun jika suatu saat bertentangan dengan sains, maka bukan berarti hadits nabi tidak tepat dan salah. Bahkan, seorang muslim harus yakin dengan kebenaran risalah yang disampaikan oleh Nabi.


Download Ebook lengkapnya:

 Mendulang Faedah dari Kitab Arbain An-nawawiyah

Minggu, 10 November 2024

Hadits Ke-03: Rukun Bangunan Islam

 


اَلْحَدِيْثُ الثَالِثُ:

Hadits Ke-03: Rukun Bangunan Islam

عَنْ أَبِيْ عَبْدِ الَّرحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهِ عَنْهُمَا قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ يَقُوْلُ: بُنِيَ الإسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَإِقَامِ الصَّلاَةِ وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ, وَحَجِّ الْبَيْتِ, وَصَوْمِ رَمَضَانَ. (رَوَاهُ اْلبُخَارِيُّ وَ مُسْلِمٌ)

Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhuma berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Islam dibangun atas lima perkara: (1) Persaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad Rasulullah, (2) menegakkan shalat, (3) mengeluarkan zakat, (4) melaksanakan ibadah haji, dan (5) berpuasa Ramadhan”. [HR Bukhari dan Muslim]

Urgensi hadits ini:

Hadits ini mempunyai kedudukan yang agung, karena menerangkan asas dan kaidah-kaidah Islam, yakni Islam dibangun di atasnya, yang dengannya seorang hamba menjadi Muslim.

Biografi Sahabat Periwayat Hadits: 

Beliau adalah putra Khalifah Umar bin Khattab. Beliau terlahir di Makkah, 11 tahun sebelum hijrah. Beliau seorang sahabat yang berilmu, zuhud, dan sangat bersemangat untuk meneladani Nabi. Beliau meriwayatkan hadits Nabi sebanyak 2630. Wafat di Makkah pada tahun 73 H.

Faedah-faedah dari hadits ini:

Banyak sekali faedah yang bisa kita ambil sebagai pelajaran dalam hadits ini, diantaranya:

1.   1.  Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menggambarkan Islam dengan sebuah bangunan di atas pondasi yang harus ditegakkan dengan sebaik-baiknya. Pondasi-pondasi tersebut ialah: syahadat, shalat, zakat, puasa dan haji.

2.    2. Syahadat tauhid (لاإله إلا الله) dan syahadat rasul (محمد رسول الله) merupakan perkara yang paling utama yang harus ditegakkan dalam bangunan islam.

3.     3. Pentingnya menegakkan shalat dengan baik dan benar, sempurna syarat dan rukunnya.

4.     4. Pentingnya mengeluarkan zakat jika sudah terpenuhi syarat-syaratnya dan diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya.

5.    5. Wajibnya menunaikan ibadah haji jika sudah mampu melaksanakannya.

6.     6. Wajibnya puasa ramadhan bagi seorang muslim.

7.     7. Islam adalah aqidah dan perbuatan. Keduanya harus sama-sama ditegakkan.

Tambahan:

Demikianlah hadits ini, ia merupakan hadits yang shahih. Dalam hadits ini tidak menunjukkan urutan rukun islam, sehingga tidak bertentangan dengan hadits selainnya. Adapun urutan rukun islam adalah puasa dulu sebelum haji sebagaimana yang terdapat dalam hadits jibril.

Jumat, 08 November 2024

Hadits Ke-02: Tingkatan Agama (Islam, Iman dan Ihsan)

َلْحَدِيْثُ الثَانِي: 
Hadits Ke-02: Tingkatan Agama (Islam, Iman dan Ihsan) 

عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضًا قَالَ: بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ ﷺ ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ, لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ, حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ ﷺ, فأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ, وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ, وَ قَالَ: يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِسْلاَمِ, فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ: اَلإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَإِ لَهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ, وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ, وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ, وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ, وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً. قَالَ: صَدَقْتَ. فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِيْمَانِ, قَالَ : أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ, وَمَلاَئِكَتِهِ, وَكُتُبِهِ, وَرُسُلِهِ, وَالْيَوْمِ الآخِرِ, وَ تُؤْمِنَ بِالْقَدْرِ خَيْرِهِ وَ شَرِّهِ. قَالَ : صَدَقْتَ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِحْسَانِ, قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ. قَالَ: فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ السَّاعَةِ قَالَ: مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ: فَأَخْبِرْنِيْ عَنْ أَمَارَاتِهَا, قَالَ: أَنْ تَلِدَ الأَمَةُ رَبَّتَهَا, وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِيْ الْبُنْيَانِ, ثُمَّ اَنْطَلَقَ, فَلَبِثْتُ مَلِيًّا, ثُمَّ قَالَ: يَا عُمَرُ, أَتَدْرِيْ مَنِ السَّائِلُ؟ قُلْتُ: اللهُ وَ رَسُوْلُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ ]رَوَاهُ مُسْلِمٌ]
Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu berkata: “Suatu ketika, kami (para sahabat) duduk di dekat Rasululah shallallahu ‘alaihi wasallam. Tiba-tiba muncul kepada kami seorang lelaki mengenakan pakaian yang sangat putih dan rambutnya amat hitam. Tak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan, dan tak ada seorang pun di antara kami yang mengenalnya. Ia segera duduk di hadapan Nabi, lalu lututnya disandarkan kepada lutut Nabi dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua pahanya, kemudian ia berkata: “Wahai, Muhammad! Beritahukan kepadaku tentang Islam.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasulullah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan engkau menunaikan haji ke Baitullah jika engkau telah mampu melakukannya.” lelaki itu berkata, “Engkau benar,” Kami heran, ia yang bertanya ia pula yang membenarkannya. Kemudian ia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang Iman!” Nabi menjawab, “Iman adalah engkau beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitabNya, para Rasul-Nya, hari Akhir, dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan yang buruk.” Ia berkata, “Engkau benar.” Dia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang ihsan!” Nabi menjawab, “Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Kalaupun engkau tidak melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu.” Lelaki itu berkata lagi: “Beritahukan kepadaku kapan terjadinya Kiamat?” Nabi menjawab, “Yang ditanya tidaklah lebih tahu daripada yang bertanya.” Dia pun bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya!” Nabi menjawab, “Jika seorang budak wanita telah melahirkan tuannya, jika engkau melihat orang yang bertelanjang kaki, tanpa memakai baju (miskin) serta pengembala kambing telah saling berlomba dalam mendirikan bangunan megah yang menjulang tinggi.” Kemudian lelaki tersebut segera pergi. Aku pun terdiam, sehingga Nabi bertanya kepadaku: “Wahai, Umar! Tahukah engkau, siapa yang bertanya tadi?” Aku menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui,” Beliau bersabda, “Dia adalah Jibril yang mengajarkan kalian tentang agama kalian.” [HR Muslim]

Urgensi hadits ini:
Hadits ini merupakan penjelasan agama secara umum. Dalam hadits ini terdapat pokok-pokok agama islam yang mencakup iman, islam, dan ihsan.

Biografi Sahabat Periwayat Hadits:
Sahabat Umar bin Khaththab terlahir di Makkah kisaran 37 sebelum hijrah. Kunyah beliau Abu Hafsh dan gelarnya al-faruq. Masuk Islam tahun ke-6 setelah kenabian. Seorang sahabat yang memiliki banyak keistimewaan. Menjadi Khalifah ke-2, setelah Abu Bakar pada tahun 13 H. Beliau menjadi khalifah selama 10 tahun. Wafat terbunuh oleh Abu Lu'luah al-majusy pada bulan Muharram 24 H.

Faedah-faedah dari hadits ini:
Banyak sekali faedah yang bisa kita ambil sebagai pelajaran dari hadits ini, diantaranya: 
1. Keutamaan bermajlis dengan orang-orang shalih. Dan hendaknya berhias dengan adab saat bermajlis. 
2. Bagusnya akhlak nabi saat bermajlis dengan para sahabat, begitu pula para sahabat. 
3. Rukun islam ada 5, sebagaimana dalam hadits ini, yaitu: syahadat, shalat, zakat, puasa, dan haji. 
4. Rukun iman ada 6 sebagaimana dalam hadits ini, yaitu: iman kepada Allah, malaikat, kitab, rasul, hari akhir dan taqdir. 
5. Ihsan merupakan tingkatan tertinggi dalam beribadah, yaitu seolah-olah melihat Allah dalam beribadah namun jika tidak hendaknya senantiasa merasa diawasi oleh Allah. 
6. Tidak ada yang mengetahui kapan datangnya hari kiamat, kecuali Allah. Sebagaimana kematian, walaupun pasti datang namun kita tidak tahu kapan datangnya. 
7. Jika ditanya suatu perkara dan tidak mengetahuinya, bukanlah aib jika mengatakan "aku tidak tahu" atau "wallahu a'lam" atau yang semisal. 

Tambahan: 
Hadits ini dikenal dengan hadits jibril. Malaikat Jibril bisa berubah menyerupai manusia dengan seizin Allah. Seorang muslim meyakini apapun yang dikabarkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Walaupun akal dan nalar kita tidak menjangkaunya, seorang muslim senantiasa membenarkan apapun yang dikabarkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

Download Buku Mendulang Faedah dari Kitab Arbain Annawawiyah

Semoga bermanfaat!


Hadits Ke-01: Suatu Amalan Tergantung Niatnya

اَلْحَدِيْثُ الْأَوَّلُ:

Hadits Ke-01: Suatu Amalan Tergantung Niatnya

 عَنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ أَبِيْ حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ﷺ يَقُوْلُ: إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى . فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ ]رَوَاهُ إِمَامَا الْمُحَدِّثِيْنَ أَبُوْ عَبْدِ اللهِ مُحَمَّدِ بْنِ إِسْمَاعِيْلَ بْنِ إِبْرَاهِيْمَ بْنِ الْمُغِيْرَةَ بْنِ بَرْدِزْبَةَ اْلبُخَارِيُّ وَأَبُوْ الْحُسَيْنِ مُسْلِمُ بْنُ الْحَجَّاجِ بْنِ مُسْلِمٍ الْقُشَيْرِيُّ النَّيْسَابُوْرِيُّ فِي صَحِيحَيْهِمَا اللَّذِيْنِ هُمَا أَصَحُّ اْلكُتُبِ الْمُصَنَّفَةِ[ 

Dari Amirul Mu’minin, Abu Hafs Umar bin al-Khattab radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Barangsiapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.” [Riwayat dua imam ahli hadits, Abu Abdullah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari dan Abu Al Husain, Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An-Naishaburi dalam kedua kitab Shahihnya yang merupakan kitab paling shahih yang dikarang]

Urgensi hadits ini: 
Dalam hadits ini mencakup sepertiga ilmu. Sebabnya adalah bahwa perbuatan hamba terdiri dari perbuatan hati, lisan dan anggota badan, sedangkan niat merupakan salah satu dari ketiganya. 

Biografi Sahabat Periwayat Hadits: 
 Sahabat Umar bin Khaththab terlahir di Makkah pada kisaran 37 sebelum hijrah. Kunyah beliau Abu Hafsh dan gelarnya al-faruq. Masuk Islam tahun ke-6 setelah kenabian. Seorang sahabat yang memiliki banyak keistimewaan. Menjadi Khalifah ke-2, setelah Abu Bakar pada tahun 13 H. Beliau menjadi khalifah selama 10 tahun. Wafat dibunuh oleh Abu Lu'luah al-majusy, Muharram 24 H. 

Faedah-faedah dari hadits ini: 
Banyak sekali faedah yang bisa kita ambil sebagai pelajaran dari hadits ini, diantaranya: 
1. Pentingnya memperhatikan masalah niat, sehingga banyak ulama yang mengawali kitab-kitabnya dengan hadits ini. 
 2. Niat merupakan pokok dalam setiap amal. Baik buruknya dan diterima atau tidaknya suatu amal tergantung niatnya. 
3. Niat mencakup 2 perkara: niat amal dan niat karena siapa amalnya 
4. Niat berfungsi sebagai pembeda: a). suatu ibadah dengan ibadah yang lainnya, dan b). suatu ibadah dengan kebiasaan. 
5. Wajibnya berusaha menghindari riya' (beramal karena ingin dilihat manusia) dan sum'ah (beramal karena ingin didengar orang lain), atau beramal karena dunia yang ingin didapat. 
6. Hadits ini menunjukkan bahwa niat merupakan bagian dari iman, karena pekerjaan hati. 
7. Bagusnya metode pengajaran Nabi, yaitu dengan membagi niat dan hijrah menjadi 2: syar'i dan tidak syar'i.

Tambahan Faedah: 
Walaupun hadits ini tidak diriwayatkan selain oleh sahabat Umar bin Khaththab, namun hadits ini diterima oleh seluruh ulama kaum muslimin karena maknanya benar dan banyak dalil pendukungnya dari al-Quran dan hadits. 


 *Bagi yang berkenan e-book: Download Buku Mendulang Faedah dari Kitab Arbain Annawawiyah

Semoga bermanfaat!



Muqaddimah Arbain An-Nawawiyah dari Imam An-Nawawi

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ قَيُّوْمِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرَضِيْنَ مُدَبِّرِ اْلخَلَائِقِ أَجْمَعِيْنَ بَاعِثِ الرُّسُلِ صَلَوَاتُهُ وَسَلَامُهُ عَلَيْهِمْ إِلَى الْمُكَلَّفِيْنَ لِهِدَايَتِهِمْ وَبَيَانِ شَرَائِعِ الدِّينِ بِالدَّلَائِلِ اْلقَطْعِيَّةِ وَوَاضِحَاتِ اْلبَرَاهِيْنِ أَحْمَدُهُ عَلَى جَمِيْعِ نِعَمِهِ وَأَسْأَلُهُ الْمَزِيْدَ مِنْ فَضْلِهِ وَكَرَمِهِ Segala puji bagi Allah, Dzat pemangku langit dan bumi, yang mengatur seluruh makhluk-Nya, Yang mengutus para rasul sebagai pembawa petunjuk dan menjelaskan syariat agama dengan keterangan yang jelas dan bukti-bukti yang nyata. Segala puji bagi Allah atas segala karunia-Nya, dan saya memohon tambahan karunia dan kemudahan dari-Nya. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ اْلوَاحِدُ اْلقَهَّارُ اْلكَرِيْمُ اْلغَفَّارُ وَأشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ أَفْضَلُ الْمَخْلُوْقِيْنَ الْمُكَرَّمُ بِاْلقُرْآنِ اْلعَزِيْزِ الْمُعْجِزَةِ الْمُسْتَمِرَّةِ عَلَى تَعَاقُبِ السِّنِيْنَ وِبِالسُّنَنِ الْمُسْتَنِيْرَةِ لِلْمُسْتَرْشِدِيْنَ الْمَخْصُوْصِ بِجَوَامِعِ اْلكَلِمِ وَسَمَاحَةِ الدِّيْنِ صَلَوَاتُ اللهِ وَسَلَامُهُ عَلَيْهِ وَعَلَى سَائِرِ النَّبِيِّيْنَ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَآلِ كُلٍّ وَسَائِرِ الصَّالِحِيْنَ أَمَّا بَعْدُ : Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya, Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa, Yang Maha Mulia lagi Maha Pengampun. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, kecintaan dan kekasih-Nya. Ia adalah sebaik-baik makhluk yang dikaruniakan kepadanya al-Quran yang mulia sebagai mukjizat yang kekal sepanjang masa. Beliau dimuliakan dengan sunnah yang menjadi pembimbing orang yang mencari petunjuk, diistimewakan dengan jawamiul kalim (ungkapannya ringkas namun sangat bermakna), dan juga diistimewakan dengan agama yang mudah. Semoga shalawat dan salam tercurah kepada para nabi dan rasul, keluarga mereka dan semua orang-orang yang shalih. Amma ba’du. فَقَدْ رَوَيْنَا عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ وَعَبْدِاللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ وَمُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ وَأَبِي الدَّرْدَاءِ وَابْنِ عُمَرَ وَابْنِ عَبَّاسٍ وَأَنَسِ بْنِ مَالِكٍ وَأَبِي هُرَيْرَةَ وَأَبِي سَعِيْدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ مِنْ طُرُقٍ كَثِيْرَاتٍ بِرِوَايَاتٍ مُتَنَوِّعَاتٍ: أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ((مَنْ حَفِظَ عَلَى أُمَّتِيْ أَرْبَعِيْنَ حَدِيْثًا مِنْ أَمْرِ دِيْنِهَا بَعَثَهُ اللهُ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ فِيْ زُمْرَةِ اْلفُقَهَاءِ وَاْلعُلَمَاءِ)) وَفِيْ رِوَايَةٍ: ((بَعَثَهُ اللهُ فَقِيْهًا عَالِمًا)) وَفِيْ رِوَايَةِ أَبِي الدَّرْدَاءِ: ((وَكُنْتُ لَهُ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ شَافِعًا وَشَهِيْدًا)) وَفِيْ رِوَايَةِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ: ((قِيْلَ لَهُ ادْخُلْ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتَ)) وَفِيْ رِوَايَةِ ابْنِ عُمَرَ ((كُتِبَ فِي زُمْرَةِ اْلعُلَمَاءِ وَحُشِرَ فِي زُمْرَةِ الشُّهَدَاءِ)) وَاتَّفَقَ الْحُفَّاظُ عَلَى أَنَّهُ حَدِيْثٌ ضَعِيْفٌ وَإِنْ كَثُرَتْ طُرُقُهُ. Sesungguhnya telah kami riwayatkan hadits yang bersumber dari Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Mas’ud, Mu’adz bin Jabal, Abu Darda’, Ibnu Umar, Ibnu Abbas, Anas bin Malik, Abu Hurairah, dan Abu Sa’id Al-Khudriy radhiyallahu anhum, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah bersabda, “Barang siapa diantara umatku hafal empat puluh hadits tentang agamanya, maka pada hari kiamat kelak ia akan dibangkitkan dalam kelompok ahli fikih dan para ulama.” Dalam riwayat lain disebutkan, “Ia akan dibangkitkan sebagai seorang yang ahli fikih yang alim.” Dalam riwayat Abu Darda’ disebutkan, “Aku akan menjadi pemberi syafaat dan saksi baginya pada hari kiamat nanti.” Dalam riwayat Ibnu Mas’ud disebutkan, “Akan dikatakan kepadanya: ‘Masuklah surga dari pintu mana saja yang kamu kehendaki.” Dalam riwayat Ibnu Umar disebutkan, “Ia dicatat dalam kelompok para ulama dan dikumpulkan dalam kelompok syuhada.” Namun para ahli hadits sepakat bahwa hadits-hadits tersebut dhoif walaupun banyak riwayatnya. وَقَدْ صَنَّفَ اْلعُلَمَاءُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ فِي هَذَا اْلبَابِ مَالَا يُحْصَى مِنَ الْمُصَنَّفَاتِ فَأَوَّلُ مَنْ عَلِمْتُهُ صَنَّفَ فِيْهِ: عَبْدُاللهِ ابْنُ الْمُبَارَكِ ثُمَّ مُحَمَّدُ بْنُ أَسْلَمَ الطُّوْسِيُّ اْلعَالِمُ الرَّبَّانِيُّ ثُمَّ الْحَسَنُ بْنُ سُفْيَانَ النَّسَائِيُّ وَأَبُو بَكْرٍ اْلآجُرِيِّ وَأَبُوْ بَكْرٍ مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيْمَ اْلأَصْفَهَانِيُّ وَالدَّارُقُطْنِيُّ وَالْحَاكِمُ وَأَبُوْ نُعَيْمٍ وَأَبُوْ عَبْدِالرَّحْمَنِ السُّلَمِيُّ وَأَبُوْ سَعِيْدٍ الْمَالِينِيُّ وَأَبُوْ عُثْمَانَ الصَّابُوْنِيُّ وَعَبْدُاللهِ بْنُ مُحَمَّدٍ اْلأَنْصَارِيُّ وَأَبُوْ بَكْرٍ اْلبَيْهَقِيُّ وَخَلَائِقُ لَا يُحْصَوْنَ مِنَ الْمُتَقَدِّمِيْنَ وَالْمُتَأَخِّرِيْنَ Berkaitan dengan bab ini, telah banyak ulama yang menyusun kitab dengan jumlah yang tak terhitung. Sejauh yang saya ketahui, ulama pertama yang menyusun buku empat puluh hadits Nabi adalah Abdullah bin Mubarak, lalu seorang alim rabbani Muhammad bin Aslam Ath-Thusi, lalu Hasan bin Syufyan An-Nasa’i, Abu Bakar Al-Ajurri, Abu Bakar Muhammad bin Ibrahim al-Ashfahaniy, Ad-Daruquthniy, Al-Hakim, Abu Nu’aim, Abu Abdurrahman as-Sulami, Abu Sa’id al-Malini, Abu Utsman Ash-Shabuniy, Abdullah bin Muhammad Al-Anshariy, Abu Bakar Al-Baihaqiy, dan masih banyak lagi dari ulama terdahulu maupun ulama belakangan. وَقَدِ اسْتَخَرْتُ اللهَ تَعَالَى فِيْ جَمْعِ أَرْبَعِيْنَ حَدِيْثًا اِقْتِدَاءً بِهَؤُلَاءِ اْلأَئِمَّةِ اْلأَعْلَامِ وَحُفَّاظِ اْلإِسْلَامِ وَقَدِ اتَّفَقَ اْلعُلَمَاءُ عَلَى جَوَازِ اْلعَمَلِ بِالْحَدِيْثِ الضَّعِيْفِ فِيْ فَضَائِلِ اْلأَعْمَالِ وَمَعَ هَذَا فَلَيْسَ اعْتِمَادِيْ عَلَى هَذَا اْلحَدِيْثِ بَلْ عَلَى قَوْلِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ فِي اْلأَحَادِيْثِ الصَّحِيْحَةِ ((لِيُبَلِّغَ الشَّاهِدُ مِنْكُمُ اْلغَائِبَ)) وَقَوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ ((نَضَّرَ اللهُ امْرَءًا سَمِعَ مَقَالَتِيْ فَوَعَاهَا فَأَدَّاهَا كَمَا سَمِعَهَا)) Saya telah ber-istikharah kepada Allah dalam mengumpulkan empat puluh hadits ini serta mengambil rujukan dari para imam yang alim dan para ulama hadits. Para ulama telah sepakat dibolehkannya beramal dengan menggunakan hadits lemah (dhaif) dalam hal keutamaan amal. Namun demikian, bukan berarti hal itu yang menjadi alasan saya, melainkan saya berniat untuk mengamalkan sebuah hadits Nabi shallallahu alaihi wasallam “Hendaklah yang hadir dari kalian, menyampaikan kepada yang tidak hadir.” Nabi shallallahu alaihi wasallam Juga bersabda, “Semoga Allah mencerahkan wajah seseorang yang mendengar perkataanku, lalu ia menghafalnya dan mengamalkan seperti apa yang ia dengar.” ثُمَّ مِنَ اْلعُلَمَاءِ مَنْ جَمَعَ اْلأَرْبَعِيْنَ فِيْ أُصُوْلِ الدِّيْنِ وَبَعْضُهُمْ فِي اْلفُرُوْعِ وَبَعْضُهُمْ فِي الْجِهَادِ وَبَعْضُهُمْ فِي الزُّهْدِ وَبَعْضُهُمْ فِي اْلآدَابِ وَبَعْضُهُمْ فِي الْخِطَبِ وَكُلُّهَا مَقَاصِدُ صَالِحَةٌ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْ قَاصِدِيْهَا Sebagian ulama ada yang membukukan empat puluh hadits berkenaan dengan pokok-pokok agama, sebagian yang lain berkenaan dengan cabang-cabangnya, sebagian yang lain lagi berkaitan dengan jihad, zuhud, adab, dan khutbah-khutbah Nabi. Tujuan mereka semua adalah baik. Semoga Allah meridhoi mereka dalam membukukan hadits-hadits Nabi. وَقَدْ رَأَيْتُ جَمْعَ أَرْبَعِيْنَ أَهَمَّ مِنْ هَذَا كُلِّهِ وَهِيَ أَرْبَعُوْنَ حَدِيْثًا مُشْتَمِلَةً عَلَى جَمِيْعِ ذَالِكَ وَكُلُّ حَدِيْثٍ مِنْهَا قَاعِدَةٌ عَظِيْمَةٌ مِنْ قَوَاعِدِ الدِّيْنِ قَدْ وَصَفَهُ اْلعُلَمَاءُ بِأَنَّ مَدَارَ اْلإِسْلَامِ عَلَيْهِ أَوْ هُوَ نِصْفُ اْلإِسْلَامِ أَوْ ثُلُثُهُ أَوْ نَحْوُ ذَالِكَ ثُمَّ أَلْتَزِمُ فِيْ هَذِهِ اْلأَرْبَعِيْنَ أَنْ تَكُوْنَ صَحِيْحَةً وَمُعْظَمُهَا فِيْ صَحِيْحَي اْلبُخَارِيِّ وَمُسْلِمٍ وَأَذْكُرُهَا مَحْذُوْفَةً الأَسَانِيْدَ لِيَسْهُلَ حِفْظُهَا وَيَعُمُّ اْلإِنْتِفَاعُ بِهَا إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى ثُمَّ أُتْبِعُهَا بِبَابٍ فِيْ ضَبْطِ خَفِيِّ أَلْفَاظِهَا Kemudian saya melihat hadit-hadits lain yang lebih penting dari itu semua, yakni empat puluh hadits yang mencakup semua maksud tersebut. Setiap haditsnya merupakan asas dari kaidah-kaidah agama, para ulama mensifatinya sebagai porosnya islam, atau mencakup separuh dari agama, ada yang sepertiga, dan seterusnya. Saya berusaha untuk mengambil empat puluh hadits ini dari hadits yang shahih yang sebagian besarnya diambil dari Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Sengaja saya tidak menyebutkan sanadnya agar mudah untuk dihafal dan manfaatnya lebih luas, insyaAllah. Kemudian aku lengkapi dengan menjelaskan kata-kata yang sulit. وَيَنْبَغِيْ لِكُلِّ رَاغِبٍ فِي اْلآخِرَةِ أَنْ يَعْرِفَ فِي هَذِهِ اْلأَحَادِيْثِ لِمَا اشْتَمَلَتْ عَلَيْهِ مِنَ الْمُهِمَّاتِ وَاحْتَوَتْ عَلَيْهِ مِنَ التَّنْبِيْهِ عَلَى جَمِيْعِ الطَّاعَاتِ وَذَالِكَ ظَاهِرٌ لِمَنْ تَدَبَّرَهُ Merupakan suatu keharusan bagi orang-orang yang merindukan kebahagiaan akhirat untuk mengkaji hadits-hadits ini, karena padanya terkandung hal-hal penting dan peringatan dalam ketaatan-ketaatan. Ini semua akan tampak bagi orang-orang yang mentadabburinya. وَعَلَى اللهِ اعْتِمَادِيْ وَإِلَيْهِ تَفْوِيْضِيْ وَاسْتِنَادِيْ وَلَهُ الْحَمْدُ وَالنِّعْمَةُ وَبِهِ التَّوْفِيْقُ وَاْلعِصْمَةُ Hanya kepada Allah saya menyandarkan diri, dan kepada-Nya pula saya berserah diri. Bagi-Nya segala puji dan hanya dengan kehendak-Nya kita mendapat petunjuk dan perlindungan. *Bagi yang berkenan e-book:


Download Buku Mendulang Faedah dari Kitab Arbain Annawawiyah

Semoga bermanfaat!


Biografi Imam Nawawi

Beliau adalah Abu Zakaria Yahya bin Syaraf An-Nawawi Ad-Dimasyqi. Beliau dilahirkan pada bulan Muharram tahun 631 H di Nawa, sebuah kampung di daerah Dimasyq (Damaskus) yang sekarang merupakan ibu kota Suriah. Beliau dididik oleh ayah beliau yang terkenal dengan keshalihan dan ketakwaan. Beliau hafal Al-Quran sebelum menginjak usia baligh. An-Nawawi tinggal di Nawa hingga berusia 18 tahun. Kemudian pada tahun 649 H ia memulai rihlah dalam belajarnya ke Damaskus dengan menghadiri halaqah-halaqah ilmiah yang diadakan oleh para ulama kota tersebut. Disebutkan bahwa ia menghadiri dua belas halaqah dalam sehari. Ia rajin sekali dan menghafal banyak hal. Pada tahun 651 H ia menunaikan ibadah haji bersama ayahnya, kemudian pergi ke Madinah dan menetap disana selama satu setengah bulan lalu kembali ke Dimasyq. Pada tahun 665 H ia mengajar di Darul Hadits Al-Asyrafiyyah Damaskus. Imam An-Nawawi adalah seorang yang zuhud, wara‘ dan bertaqwa. Beliau sederhana, qana’ah dan berwibawa. Beliau menggunakan banyak waktu beliau dalam ketaatan. Sering tidak tidur malam untuk ibadah atau menulis pelajaran. Diantara guru-guru beliau ialah Abul Baqa’ An-Nablusiy, Abdul Aziz bin Muhammad Al-Ausiy, Abu Ishaq Al-Muradiy, Abul Faraj Ibnu Qudamah Al-Maqdisiy, Ishaq bin Ahmad Al-Maghribiy dan Ibnul Firkah. Dan diantara murid-murid beliau: Ibnul ‘Aththar Asy-Syafi’iy, Abul Hajjaj Al-Mizziy, Ibnun Naqib Asy-Syafi’iy, Abul ‘Abbas Al-Isybiliy dan Ibnu ‘Abdil Hadi. Imam Nawawi meninggalkan banyak sekali karya ilmiah yang terkenal dan sangat bermanfaat bagi kaum muslimin, diantaranya: Arbain an-Nawawiyah, riyadhush shalihin, At-Tibyan fi Adab Hamalatil Qur’an, Bustanul Arifin, Al-Adzkar, Minhajuth Thalibin, Raudhatuth Thalibin, Al-Majmu’, Al-Minhaj (Syarah Shahih Muslim), dan masih banyak lagi yang lainnya. Imam Nawawi meninggal pada 24 Rajab 676 H di Nawa, tanah kelahiran beliau. *Bagi yang berkenan e-book:


Download Buku Mendulang Faedah dari Kitab Arbain Annawawiyah

Semoga bermanfaat!


Minggu, 27 Oktober 2024

Mendulang Faedah dari Kitab Arbain Annawawiyah

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبّ اْلعَالَمِيْنَ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمّا بَعْدُ: Hadits-hadits yang ada dalam kitab arbain an-nawawi merupakan hadits yang sangat populer, sering dibaca dan didengar oleh kaum muslimin. Begitu pula syarah atau penjelasannya banyak kita jumpai dengan beraneka ragam dan gaya penyampaiannya. Namun setiap penyampaian ada kelebihan dan keunggulan masing-masing. Dalam penulisan kali ini, kami berusaha menyeragamkan poin-poin pembahasan setiap hadits dari kitab arbain an-nawawi. Setiap hadits kami sampaikan nomor urut hadits, tema utama, matan dan terjemahan hadits, urgensi hadits untuk motivasi agar semangat mempelajarinya, penjelasan singkat sahabat yang meriwayatkan setiap hadits agar memudahkan dalam mengenali dan mempelajarinya, setiap hadits kami batasi 7 faedah, kemudian diakhiri dengan tambahan yang berupa tambahan faedah ataupun hanya sekedar penekanan untuk suatu faedah. Kami berharap setiap haditsnya bisa digunakan pegangan untuk taklim satu pertemuan satu hadits, khutbah jumat, kultum, ataupun yang lainnya. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi penulis dan pembacanya. Dan sungguh nasehat sangatlah bermanfaat bagi orang-orang yang beriman. Allah berfirman: "Berilah peringatan, sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman." [QS adz-dzariyat (51) ayat 55] Saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan dan kemanfaatan bagi islam dan kaum muslimin. Abu Hisyam Liadi Malang Selatan, 27 Oktober 2024 *Bagi yang berkenan e-book:


Download Buku Mendulang Faedah dari Kitab Arbain Annawawiyah

Semoga bermanfaat!


Selasa, 15 Oktober 2024

Hadits Ke-42 dari Kitab Arbain an-Nawawi

 اَلْحَدِيْثُ الثَّانِي وَالْأَرْبَعُوْنَ:

 Hadits Ke-42 dari Kitab Arbain an-Nawawi

عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللّٰهِ ﷺ يَقُولُ: «قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى: يَا ابْنَ آدَمَ! إِنَّكَ مَا دَعَوتَنِي وَرَجَوْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ مِنْكَ وَلَا أُبَالِي. يَا ابْنَ آدَمَ! لَو بَلَغَتْ ذُنُوبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ. يَا ابْنَ آدَمَ! إِنَّكَ لَو أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيْتَنِي لاَ تُشْرِكُ بِي شَيْئاً لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً» [رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَقَالَ: حَدِيْثٌ حَسَنٌ]

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman, ‘Hai anak Adam, sesungguhnya selagi engkau berdoa kepada-Ku dan berharap kepada-Ku, Aku ampuni dosa yang ada padamu dan aku tidak peduli. Hai anak Adam, seandainya dosa-dosamu setinggi langit (begitu banyak), kemudian engkau meminta ampun kepada-Ku, pasti Aku ampuni. Hai anak Adam, seandainya engkau mendatangi-Ku dengan dosa sepenuh bumi, kemudian engkau menemui-Ku tanpa menyekutukan-Ku dengan apa pun, pasti Aku akan menemuimu dengan ampunan sepenuh bumi pula.” [HR. Tirmidzi. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan]


*Urgensi hadits ini:*

Hadits ini merupakan landasan besar bagi seseorang yang mengharapkan ampunan dari Allah. Hendaknya seorang muslim berusaha memahami hadits ini, menghafalkan, mengamalkan, serta berusaha menyampaikannya kepada orag lain.


*Biografi Sahabat Anas bin Malik* 

Beliau adalah Abu Hamzah Anas bin Malik, lahir di Madinah kisaran 10 tahun sebelum nabi hijrah. Beliau masuk islam semenjak kecil dan dititipkan oleh ibunya (Ummu Sulaim) agar membantu keperluan nabi. Beliau memiliki banyak keistimewaan, diantaranya: mendapatkan doa keberkahan secara khusus dari nabi, dipercaya bisa menyimpan rahasia, dan diantara sahabat yang banyak meriwayatkan hadits. Beliau wafat di Bashrah pada tahun 81 H saat berusia 91 tahun. 


*Faedah-faedah dari hadits ini:*

Banyak sekali faedah yang bisa kita ambil sebagai pelajaran dalam hadits ini, diantaranya:

1. Mulianya anak Adam (manusia) sehingga Allah memanggilnya secara khusus.

2. Dala berdoa hendaknya disertai juga dengan rasa penuh harap agar diijabahi oleh Allah.

3. Berdoa yang disertai penuh harapan bisa menjadi sebab diampuninya dosa seorang hamba.

4. Seorang hamba hendaknya tidak putus asa dari rahmat Allah, karena dosa-dosa yang pernah dilakukan.

5. Istighfar bisa menjadi sebab diampuninya dosa walaupun dosa tersebut sangat banyak sampai menjulang tinggi ke angkasa.

6. Tauhid merupakan sebab terbesar mendapatkan ampunan dari Allah.

7. Allah Maha Pengampun dosa semuanya seberapa pun banyaknya.


*Tambahan:*

Istighfar merupakan sebab diampuninya dosa-dosa seorang hamba. Hanya saja, hendaknya bukan hanya sekedar istighfar di lisan saja tanpa dibarengi dengan taubat yang nashuhah (sebenar-benarnya taubat). Yaitu dengan ikhlas, menyesali kesalahan, meninggalkan kemaksiatan, bertekad untuk tidak mengulanginya, menggantinya dengan kebaikan-kebaikan, serta segera bertaubat sebelum tertutupnya pintu taubat.



Malang Selatan, 11 Oktober 2024

Abu Hisyam Liadi

Hadits Ke-41 dari Kitab Arbain an-Nawawi

 اَلْحَدِيْثُ الْحَادِيْ وَالْأَرْبَعُوْنَ:

Hadits Ke-41 dari Kitab Arbain an-Nawawi

عَنْ أَبِي مُحَمَّدٍ عَبْدِ اللّٰهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ العَاصِ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمَا، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللّٰهِ ﷺ: «لاَيُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُونَ هَوَاهُ تَبَعاً لِمَا جِئْتُ بِهِ» حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ رُوِّيْنَاهُ فِي كِتَابِ الحُجَّةِ بِإِسْنَادٍ صَحِيْحٍ.

Dari Abu Muhammad Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash radhiyallahu ‘anhuma berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak beriman seorang dari kalian hingga hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa.” [Hadits hasan sahih, kami meriwayatkannya dari kitab Al-Hujjah dengan sanad shahih]


*Urgensi hadits ini:*

Hadits ini mempunyai kedudukan yang agung, karena menerangkan asas dan kaidah-kaidah Islam dalam menghadapi keinginan hawa nafsu. Hendaknya seorang muslim berusaha memahami hadits ini, menghafalkannya, serta berusaha menyampaikan kepada orag lain.


*Biografi Sahabat Abdullah bin Amr bin al-'Ash* 

Beliau Abu Muhammad Abdullah bin Amr bin al-'Ash, berasal Makkah. Masuk islam bersamaan dengan sahabat Khalid bin Walid pada tahun 8 H, setelah perang ahzab. Beliau memiliki keunggulan dalam berbagai keahlian, diantaranya: seorang pedagang, negosiator ulung, ahli syair dan fasih, ahli berkuda, panglima perang, orang yang memimpin penaklukan negara mesir dan diberi amanah untuk memimpin Mesir. Beliau wafat di Mesir 43 Hijriyah saat berusia 90 tahun.


*Faedah-faedah dari hadits ini:*

Banyak sekali faedah yang bisa kita ambil sebagai pelajaran dalam hadits ini, diantaranya:

1. Peringatan dari memperturutkan hawa nafsu yang menyelisihi syariat.

2. Orang yang bagus imannya adalah orang yang mampu menundukkan hawa nafsunya pada syariat islam.

3. Seorang muslim wajib menundukkan hawa nafsunya kepada apa yang dibawa oleh Nabi shollallohu alaihi wasallam.

4. Hawa nafsu ada 2 macam, yaitu: (a). mahmud (terpuji) jika sesuai syariat, dan (b). madzmum (tercela) jika menyelisihi syariat.

5. Iman itu bisa bertambah dan dan berkurang sebagaimana keyakinan ahlussunnah wal jama'ah.

6. Wajibnya mendahulukan dalil dalam meyakini dan mengamalkan sesuatu.

7. Keimanan merupakan faktor utama agar hawa nafsu bisa tunduk terhadap syariat.


*Tambahan*

Sebagian ulama menyatakan bahwa hadits ini adalah hadits yang dha’if. Ibnu Rajah Al-Hambali rahimahullah sampai mengatakan, “Pensahihan hadits ini sebagai hadits yang valid jauh sekali dari beberapa peninjauan.” (Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 2:394). Namun, makna hadits ini tetap benar.

Allah subhanahu wata'ala berfirman: "Tidaklah pantas bagi mukmin dan mukminat, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketentuan, akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan mereka. Siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, sungguh dia telah tersesat dengan kesesatan yang nyata.” [QS. al-Aḥzāb (33) ayat 36]




Malang Selatan, 10 Oktober 2024

Abu Hisyam Liadi