Selasa, 15 Oktober 2024

Hadits Ke-41 dari Kitab Arbain an-Nawawi

 اَلْحَدِيْثُ الْحَادِيْ وَالْأَرْبَعُوْنَ:

Hadits Ke-41 dari Kitab Arbain an-Nawawi

عَنْ أَبِي مُحَمَّدٍ عَبْدِ اللّٰهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ العَاصِ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمَا، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللّٰهِ ﷺ: «لاَيُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُونَ هَوَاهُ تَبَعاً لِمَا جِئْتُ بِهِ» حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ رُوِّيْنَاهُ فِي كِتَابِ الحُجَّةِ بِإِسْنَادٍ صَحِيْحٍ.

Dari Abu Muhammad Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash radhiyallahu ‘anhuma berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak beriman seorang dari kalian hingga hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa.” [Hadits hasan sahih, kami meriwayatkannya dari kitab Al-Hujjah dengan sanad shahih]


*Urgensi hadits ini:*

Hadits ini mempunyai kedudukan yang agung, karena menerangkan asas dan kaidah-kaidah Islam dalam menghadapi keinginan hawa nafsu. Hendaknya seorang muslim berusaha memahami hadits ini, menghafalkannya, serta berusaha menyampaikan kepada orag lain.


*Biografi Sahabat Abdullah bin Amr bin al-'Ash* 

Beliau Abu Muhammad Abdullah bin Amr bin al-'Ash, berasal Makkah. Masuk islam bersamaan dengan sahabat Khalid bin Walid pada tahun 8 H, setelah perang ahzab. Beliau memiliki keunggulan dalam berbagai keahlian, diantaranya: seorang pedagang, negosiator ulung, ahli syair dan fasih, ahli berkuda, panglima perang, orang yang memimpin penaklukan negara mesir dan diberi amanah untuk memimpin Mesir. Beliau wafat di Mesir 43 Hijriyah saat berusia 90 tahun.


*Faedah-faedah dari hadits ini:*

Banyak sekali faedah yang bisa kita ambil sebagai pelajaran dalam hadits ini, diantaranya:

1. Peringatan dari memperturutkan hawa nafsu yang menyelisihi syariat.

2. Orang yang bagus imannya adalah orang yang mampu menundukkan hawa nafsunya pada syariat islam.

3. Seorang muslim wajib menundukkan hawa nafsunya kepada apa yang dibawa oleh Nabi shollallohu alaihi wasallam.

4. Hawa nafsu ada 2 macam, yaitu: (a). mahmud (terpuji) jika sesuai syariat, dan (b). madzmum (tercela) jika menyelisihi syariat.

5. Iman itu bisa bertambah dan dan berkurang sebagaimana keyakinan ahlussunnah wal jama'ah.

6. Wajibnya mendahulukan dalil dalam meyakini dan mengamalkan sesuatu.

7. Keimanan merupakan faktor utama agar hawa nafsu bisa tunduk terhadap syariat.


*Tambahan*

Sebagian ulama menyatakan bahwa hadits ini adalah hadits yang dha’if. Ibnu Rajah Al-Hambali rahimahullah sampai mengatakan, “Pensahihan hadits ini sebagai hadits yang valid jauh sekali dari beberapa peninjauan.” (Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 2:394). Namun, makna hadits ini tetap benar.

Allah subhanahu wata'ala berfirman: "Tidaklah pantas bagi mukmin dan mukminat, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketentuan, akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan mereka. Siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, sungguh dia telah tersesat dengan kesesatan yang nyata.” [QS. al-Aḥzāb (33) ayat 36]




Malang Selatan, 10 Oktober 2024

Abu Hisyam Liadi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar