اَلْحَدِيْثُ السَادِسُ عَشَرَ:
Hadits Ke-16 dari Kitab Arbain an-Nawawi
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْصِنِي قَالَ لَا تَغْضَبْ فَرَدَّدَ مِرَارًا قَالَ لَا تَغْضَبْ [رَوَاهُ البُخَارِيُّ]
Dari Abu Hurairah رضي الله عنه berkata, seorang lelaki berkata kepada Nabi صلى الله عليه وسلم, “Berilah aku wasiat.” Beliau menjawab, “Janganlah engkau marah.” Lelaki itu mengulang-ulang permintaannya, (namun) Nabi صلى الله عليه وسلم (selalu) menjawab, “Janganlah engkau marah.” [HR. Bukhari]
*Urgensi hadits ini:*
Al-Hafidz Ibnu Rajab al-Hambali رحمه الله mengatakan: "Orang ini datang menemui Nabi صلى الله عليه وسلم untuk meminta nasehat kepada beliau wasiat yang ringkas tetapi mencakup seluruh perangai kebaikan, karena memang dia ingin menghafalnya dan khawatir bila terlalu panjang tidak dapat mencerna wasiat beliau. Nabi صلى الله عليه وسلم mewasiatkannya agar tidak marah dan mengulang wasiat itu berkali-kali, semua ini menunjukkan bahwa marah itu kunci kejelekan dan menahan diri dari marah kunci seluruh keburukan." [Jami'ul Ulum wal Hikam 1/362]
*Biografi Sahabat Abu Hurairah*
Beliau adalah Abu Hurairah Abdurrahman bin Shakhr ad-Dausi. Diberi kunyah Abu Hurairah karena kesukaannya terhadap kucing. Beliau masuk islam pada perang khaibar tahun ke 7 hijriyah. Walaupun demikian beliau merupakan sahabat periwayat hadits terbanyak karena beliau fokus belajar hadits dan kuatnya hafalannya. Beliau wafat pada tahun 57 H saat berusia 78 tahun. Dimakamkan di pekuburan Baqi', Madinah.
*Faedah-faedah dari hadits ini:*
Banyak sekali faedah yang bisa kita ambil sebagai pelajaran dalam hadits ini, diantaranya:
1. Adakalanya tidak penting untuk diketahui nama dan kondisi pelaku sejarah kebaikan. Namun yang terpenting bagaimana masing-masing kita berperan dalam kebaikan dan kebenaran.
2. Ketika dalam suatu khabar tidak disebutkan pelakunya, maka kita tidak dibebani mencari-cari dan memberatkan diri untuk membahasnya.
3. Disyariatkan meminta nasehat yang sekiranya bermanfaat untuk dunia dan akhiratnya.
4. Hendaknya memberi nasehat yang benar dan sesuai dengan yang dibutuhkan. Terutama jika dimintai nasehat oleh sesama muslim.
5. Hendaknya menghindari kemarahan, yaitu dengan meredam emosi dan tidak melampiaskan kemarahan secara lisan maupun perbuatan.
6. Tidak mengapa mengulang-ulang nasehat/pelajaran, apalagi jika memang dibutuhkan dan lebih bermanfaat.
7. Seorang muslim hendaknya tidak bosan dengan nasehat walaupun diulang-ulang, karena nasehat bermanfaat bagi orang yang beriman.
*Tambahan:*
Seorang dai atau orang yang menyampaikan kebenaran tidak harus terkenal dihadapan manusia. Bahkan adakalanya tidak dikenalnya seseorang yang berperan dalam kebaikan merupakan perkara yang lebih maslahat baginya.
Malang Selatan, 1 Agustus 2024
Abu Hisyam Liadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar