Kamis, 29 Mei 2025

“Ealah Tibake Ishik Dulur Dewe”

“Ealah Tibake Ishik Dulur Dewe”

Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali kita dibuat terkejut oleh kenyataan yang tak terduga. Salah satunya ketika kita menyadari bahwa orang yang selama ini menjadi lawan, pesaing, atau bahkan musuh dalam diam ternyata adalah orang dekat kita sendiri. Dalam bahasa Jawa, momen ini sering diungkapkan dengan kalimat, “Ealah tibake ishik dulur dewe,” yang berarti, “Loh, ternyata malah saudara sendiri.”

A.   Makna di Balik Ungkapan

Ungkapan ini bukan sekadar ekspresi keheranan. Ia menyimpan makna yang dalam tentang hubungan manusia. Kadang, dalam berbagai persoalan, baik itu urusan pekerjaan, bisnis, bahkan masalah pribadi, kita terlalu fokus pada permasalahan yang ada hingga lupa melihat siapa sebenarnya yang terlibat. Kita hanya tahu ada masalah, tapi tidak sadar bahwa biang keladinya ternyata berasal dari lingkaran terdekat.

Entah itu saudara kandung, teman sepermainan sejak kecil, rekan kerja yang sudah lama dikenal, atau bahkan tetangga yang sudah seperti keluarga sendiri. Ketika semuanya terbongkar, kita hanya bisa menghela napas dan berkata, “Ealah... tibake dulur dewe.”

B.    Mengapa Bisa Terjadi?

Ada beberapa alasan mengapa hal seperti ini bisa terjadi:

1.     Perbedaan Kepentingan

Tak bisa dipungkiri, kepentingan pribadi sering membuat seseorang melupakan kedekatan yang ada. Saat ada uang, jabatan, atau pengaruh yang diperebutkan, hubungan kekeluargaan bisa terkalahkan oleh ambisi.

2.     Kurangnya Komunikasi

Kadang, masalah muncul bukan karena niat jahat, tetapi karena miskomunikasi. Tanpa adanya komunikasi yang baik, kecurigaan dan salah paham bisa berkembang menjadi konflik.

3.     Rasa Iri dan Dendam Lama

Mungkin ada perasaan iri yang dipendam sejak lama. Atau ada kejadian di masa lalu yang belum tuntas. Tanpa disadari, perasaan ini bisa memicu tindakan negatif bahkan terhadap orang terdekat.

4.     Keterlibatan Pihak Ketiga

Tidak jarang pula, pihak ketiga memanfaatkan situasi dan membenturkan dua pihak yang sebenarnya memiliki hubungan dekat. Ketika emosional sudah naik, logika sering tertinggal.

C.   Dampaknya Tidak Main-main

Saat kita tahu bahwa penyebab masalah adalah orang dekat sendiri, rasanya lebih menyakitkan. Rasa kecewa, marah, dan bingung bercampur jadi satu. Kepercayaan yang sudah dibangun lama bisa runtuh dalam sekejap. Bahkan, hubungan yang dulunya harmonis bisa pecah dan sulit disatukan kembali.

Dalam banyak kasus, konflik ini bisa merembet ke anggota keluarga atau kelompok yang lebih luas, membuat suasana makin rumit.

D.   Belajar dari Kejadian

Lalu, apa yang bisa kita pelajari dari ungkapan “Ealah tibake ishik dulur dewe”?

1.     Jangan Mudah Berprasangka

Dalam menghadapi masalah, usahakan untuk tidak buru-buru menyimpulkan. Telusuri dulu dengan kepala dingin.

2.     Bangun Komunikasi yang Baik

Komunikasi yang baik adalah kunci menguatkan ikatan silaturrahmi. Jika ada masalah, lebih baik diselesaikan secara langsung dan terbuka serta jangan lupa disertai niat yang baik untuk perbaikan dan kebaikan.

3.     Jadilah Pribadi yang Pemaaf

Suka memaafkan adalah karakter yang baik, sehingga Ketika terjadi permasalahan yang bisa meretakkan hubungan kekerabatan tidak sampai berlarut-larut.

4.     Jaga Silaturahmi, Tapi Tetap Punya Batas

Menjaga tali silaturrahmi mereupakan suatu kebaikan dan keharusan. Namun, kedekatan tidak selalu menjamin kebaikan. Kita tetap perlu menjaga batas dan menjaga diri agar tidak membawa malapetaka diantara hubungan keluarga.

E.    Penutup

“Ealah tibake ishik dulur dewe” adalah cermin bahwa hidup ini penuh kejutan. Kadang yang kita anggap teman bisa jadi lawan, dan yang kita kira jauh ternyata sangat dekat. Inilah diantara pentingnya menjaga tali seduluran, sehingga meminimalisir ungkapan “Ealah tibake ishik dulur dewe”. Semoga tulisan ini bermanfaat. (Abu Hisyam Liadi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar