“Ealah Tibake Ishik Dulur
Dewe”
Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali kita dibuat terkejut oleh
kenyataan yang tak terduga. Salah satunya ketika kita menyadari bahwa orang
yang selama ini menjadi lawan, pesaing, atau bahkan musuh dalam diam ternyata
adalah orang dekat kita sendiri. Dalam bahasa Jawa, momen ini sering
diungkapkan dengan kalimat, “Ealah tibake ishik dulur dewe,” yang
berarti, “Loh, ternyata malah saudara sendiri.”
A.
Makna di
Balik Ungkapan
Ungkapan ini bukan sekadar ekspresi keheranan. Ia menyimpan makna yang
dalam tentang hubungan manusia. Kadang, dalam berbagai persoalan, baik itu
urusan pekerjaan, bisnis, bahkan masalah pribadi, kita terlalu fokus pada
permasalahan yang ada hingga lupa melihat siapa sebenarnya yang terlibat. Kita
hanya tahu ada masalah, tapi tidak sadar bahwa biang keladinya ternyata berasal
dari lingkaran terdekat.
Entah itu saudara kandung, teman sepermainan sejak kecil, rekan kerja
yang sudah lama dikenal, atau bahkan tetangga yang sudah seperti keluarga sendiri.
Ketika semuanya terbongkar, kita hanya bisa menghela napas dan berkata,
“Ealah... tibake dulur dewe.”
B.
Mengapa
Bisa Terjadi?
Ada beberapa alasan mengapa hal seperti ini bisa terjadi:
1.
Perbedaan Kepentingan
Tak bisa dipungkiri, kepentingan pribadi sering
membuat seseorang melupakan kedekatan yang ada. Saat ada uang, jabatan, atau
pengaruh yang diperebutkan, hubungan kekeluargaan bisa terkalahkan oleh ambisi.
2.
Kurangnya Komunikasi
Kadang, masalah muncul bukan karena niat jahat,
tetapi karena miskomunikasi. Tanpa adanya komunikasi yang baik, kecurigaan dan
salah paham bisa berkembang menjadi konflik.
3.
Rasa Iri dan Dendam Lama
Mungkin ada perasaan iri yang dipendam sejak lama.
Atau ada kejadian di masa lalu yang belum tuntas. Tanpa disadari, perasaan ini
bisa memicu tindakan negatif bahkan terhadap orang terdekat.
4.
Keterlibatan Pihak Ketiga
Tidak jarang pula, pihak ketiga memanfaatkan
situasi dan membenturkan dua pihak yang sebenarnya memiliki hubungan dekat.
Ketika emosional sudah naik, logika sering tertinggal.
C.
Dampaknya
Tidak Main-main
Saat kita tahu bahwa penyebab masalah adalah orang dekat sendiri,
rasanya lebih menyakitkan. Rasa kecewa, marah, dan bingung bercampur jadi satu.
Kepercayaan yang sudah dibangun lama bisa runtuh dalam sekejap. Bahkan,
hubungan yang dulunya harmonis bisa pecah dan sulit disatukan kembali.
Dalam banyak kasus, konflik ini bisa merembet ke anggota keluarga atau
kelompok yang lebih luas, membuat suasana makin rumit.
D.
Belajar
dari Kejadian
Lalu, apa yang bisa kita pelajari dari ungkapan “Ealah tibake ishik
dulur dewe”?
1.
Jangan Mudah Berprasangka
Dalam menghadapi masalah, usahakan untuk tidak
buru-buru menyimpulkan. Telusuri dulu dengan kepala dingin.
2.
Bangun Komunikasi yang Baik
Komunikasi yang baik adalah kunci menguatkan ikatan
silaturrahmi. Jika ada masalah, lebih baik diselesaikan secara langsung dan
terbuka serta jangan lupa disertai niat yang baik untuk perbaikan dan kebaikan.
3.
Jadilah Pribadi yang Pemaaf
Suka memaafkan adalah karakter yang baik, sehingga
Ketika terjadi permasalahan yang bisa meretakkan hubungan kekerabatan tidak
sampai berlarut-larut.
4.
Jaga Silaturahmi, Tapi Tetap
Punya Batas
Menjaga tali silaturrahmi mereupakan suatu kebaikan
dan keharusan. Namun, kedekatan tidak selalu menjamin kebaikan. Kita tetap
perlu menjaga batas dan menjaga diri agar tidak membawa malapetaka diantara
hubungan keluarga.
E.
Penutup
“Ealah tibake ishik dulur dewe” adalah cermin bahwa hidup ini penuh
kejutan. Kadang yang kita anggap teman bisa jadi lawan, dan yang kita kira jauh
ternyata sangat dekat. Inilah diantara pentingnya menjaga tali seduluran,
sehingga meminimalisir ungkapan “Ealah tibake ishik dulur dewe”. Semoga tulisan
ini bermanfaat. (Abu Hisyam Liadi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar