Membaca bukan hanya sekadar
kegiatan akademik, tetapi dalam Islam, ia adalah bentuk ketaatan. Ketika
seorang muslim atau muslimah membaca Al-Qur’an, hadits, tafsir, atau kitab para
ulama dengan niat untuk mencari ridha Allah, maka ia sedang beribadah. Ini pula
yang membedakan membaca dalam Islam dengan membaca dalam sekadar konteks
duniawi.
A. Membaca dalam Al-Qur’an
1. Surah Al-‘Alaq (96) ayat 1–5
Islam menjadikan membaca sebagai pondasi
utama dalam membangun peradaban. Hal ini terlihat dari ayat pertama yang
diturunkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ. خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ
عَلَقٍ. اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ. الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ. عَلَّمَ
الْإِنسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
“Bacalah dengan (menyebut) nama
Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmu-lah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan
perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” [QS. Al-‘Alaq (96) ayat 1–5]
Ayat ini mengandung berbagai bentuk
penekanan terhadap pentingnya ilmu dan membaca. “Iqra’” diulang dua kali,
menunjukkan betapa mendasarnya aktivitas ini. Allah juga menyebutkan “qalam”
(pena), yang menjadi simbol ilmu dan dokumentasi, serta menyebutkan bahwa Allah
mengajarkan manusia hal-hal yang sebelumnya tidak ia ketahui.
2. Surah Az-Zumar: 9
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا
يَعْلَمُونَ
“Katakanlah: 'Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan
orang-orang yang tidak mengetahui?'” [QS. Az-Zumar (39): 9]
Ayat ini menunjukkan keutamaan ilmu
bahwa tidaklah sama antara orang-orang yang berilmu dengan yang tidak berilmu.
Dan membaca adalah merupakan sarana untuk mendapatkan ilmu. Maka hendaknya
seorang muslim dan muslimah bersemangat untuk mendapatkan ilmu yaitu dengan
semangat belajar dan gemar membaca.
3. Surah Al-Mujadilah (58) ayat 11
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا
الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
“Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” [QS. Al-Mujadilah (58): 11]
Orang-orang yang berilmu memiliki
kedudukan tinggi di sisi Allah, dan ilmu itu diperoleh melalui belajar dan
membaca.
B. Hadits-Hadits tentang Membaca dan Menuntut Ilmu
1. Hadits tentang Kewajiban
Menuntut Ilmu
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
“Menuntut ilmu itu wajib atas
setiap muslim.” [Shahih, HR. Ibnu Majah, No. 224]
Hadits ini menegaskan bahwa
menuntut ilmu adalah kewajiban. Dan prosesnya diawali dengan membaca dan
belajar.
2. Hadits tentang Keutamaan Orang
Berilmu
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّيْنِ
“Barangsiapa yang
dikehendaki kebaikan oleh Alloh, maka akan dipahamkannya dalam urusan agama.”
[HR Bukhari no. 71 dan Muslim no. 1037]
Jika Allah
menghendaki kebaikan pada seseorang, maka akan dipahamkan dalam urusan agama
islam. Kepahaman terhadap islam akan didapat dengan mempelajarinya dan membaca
ilmu-ilmu keislaman.
3. Hadits tentang Malaikat
Membentangkan Sayapnya
إِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا لِطَالِبِ الْعِلْمِ
رِضًى بِمَا يَصْنَعُ
“Sesungguhnya para malaikat
meletakkan sayap-sayapnya bagi penuntut ilmu karena ridha dengan apa yang ia
lakukan.” [Hasan Shahih, HR. Abu Dawud no. 3641]
C. Budaya Membaca pada Zaman Nabi
Nabi biasa membaca al-Quran secara rutin setiap harinya. Demikian
pula para sahabat, mereka biasa mengkhatamkan al-Quran dalam jangka waktu
tertentu. Mereka biasa membacakan ayat-ayat Al-Quran kepada kerabat, teman, dan
orang-orang yang mereka jumpai. Seringkali pula mereka membaca ayat-ayat
tertentu secara berulang-ulang, baik di kala shalat ataupun dalam keseharian.
Bukan hanya tentang Al-Quran, hadits nabi pun juga biasa mereka
bacakan kepada keluarga, sahabat maupun orang lain. Tak jarang mereka saling
mengingatkan antara satu sama lain tentang hadits nabi shallallahu alaihi
wasallam. Demikian pula mereka biasa membacakan dan mengajarkan hadits
kepada generasi setelahnya.
Nabi sangat menganjurkan dan memotivasi para sahabatnya agar gemar menulis dan membaca. Diantara yang menunjukkan hal itu ialah Nabi menjadikan tebusan tawanan perang Badar diantaranya agar mengajari membaca dan menulis kepada anak-anak kaum muslimin. Bagi tawanan perang yang tidak mampu membayar tebusan, namun dia bisa membaca dan menulis maka mereka diminta untuk mengajari anak-anak kaum muslimin agar bisa membaca dan menulis. Padahal mereka masih tetap dalam keadaan kafir, dan yang diajari adalah anak-anak kaum muslimin. Hal ini menunjukkan pentingnya belajar membaca dan menulis bagi seorang muslim dan muslimah.
Downloan PDF: Pentingnya Membaca bagi Seorang Muslim dan Muslimah