Puasa Ramadhan dibutuhkan keimanan untuk
melaksanakannya, karena dalam menahan diri dari perkara-perkara yang
membatalkan puasa bukan hanya satu atau dua hari, namun selama sebulan penuh.
Ketika mewajibkan puasa bulan Ramadhan, Allah pun mengawalinya dengan panggilan
terhadap orang-orang yang beriman dan menyampaikan bahwa orang-orang terdahulu
pun juga diwajibkan berpuasa.
Alloh subhanahu wata’ala berfirman:
يَا
أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى
الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ
“Wahai
orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.” [QS al-Baqarah (2): 183]
Untuk mendapatkan ampunan dalam
melaksanakan puasa di bulan Ramadhan, harus dibarengi keimanan dan mengharap
pahala. Bukan hanya sekedar meninggalkan makan dan minum di siang hari pada
bulan Ramadhan.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ
مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yang puasa di bulan Ramadhan karena keimanan dan mengharap
pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah berlalu.” [HR Bukhari Dan
Muslim]
Bulan Ramadhan adalah waktu yang sangat istimewa bagi
seorang muslim untuk meningkatkan keimanan, memperbaiki diri dan mendekatkan
diri kepada Allah. Menguatkan menjelang Ramadhan adalah langkah penting untuk
memaksimalkan keutamaan bulan Ramadhan. Berikut ini adalah beberapa cara yang
dapat dilakukan untuk menyambut Ramadhan dengan menguatkan keimanan:
1. Memperkuat
niat dan tekad
Menyambut
Ramadhan dengan niat yang ikhlas dan tekad yang kuat untuk menjalankan ibadah pada
bulan Ramadhan akan menjadikan kita lebih mudah menjalan ketaatan dan bisa
meraih keistiqomahan dalam beramal. Sehingga ketaatannya bukan karena adanya
orang yang mendengar ataupun melihat, namun benar-benar ikhlas karena Allah.
Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam bersabda:
قَالَ اللهُ كُلُّ عَمَلِ ابْنِ
آدَمَ لَهُ إِلَّا الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِيْ
“Allah
berfirman (yang artinya): Setiap amalan manusia adalah untuknya kecuali puasa.
Amalan puasa adalah untuk-Ku.” [HR Bukhari]
2. Meningkatkan
kualitas ibadah
Salah satu
cara untuk menguatkan iman adalah dengan meningkatkan kualitas ibadah. Karena
iman itu bertambah dengan bertambahnya ketaatan kepada Allah dan berkurang
dengan kemaksiatan kepada-Nya. Sebelum Ramadhan tiba, hendaknya seorang muslim
berusaha memperbaiki ibadahnya, sehingga Ketika Ramadhan datang sudah terbiasa
dengan ketaatan-ketaatan.
Aisyah radhiyallahu
anhu berkata:
مَا
رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلَّا رَمَضَانَ وَمَا
رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِيْ شَعْبَانَ
“Aku
tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menyempurnakan
puasa sebulan penuh kecuali Ramadhan. Dan aku tidak pernah melihat beliau lebih
banyak berpuasa (pada suatu bulan selain Ramadhan) selain bulan sya’ban.” [HR
Bukhari]
3. Bersahabat
dengan orang-orang yang beriman
Seorang
muslim hendaknya bersahabat dengan orang-orang yang beriman, sehingga bisa
saling memotivasi dalam kebenaran dan adanya saling mengingatkan jika ada yang
tergelincir dalam kesalahan. Sehingga pertemanannya senantiasa dilandasi oleh
keimanan dan ketakwaan.
Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam bersabda:
اَلْمَرْءُ عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ فَلْيَنْظُرْ
أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Seseorang
akan mencocoki kebiasaan teman karibnya. Maka hendaknya perhatikanlah siapa
yang akan menjadi teman karibnya.” [Hasan, HR Abu Dawud dan Tirmidzi]
4. Meningkatkan
kepedulian sosial
Ramadhan
adalah waktu yang tepat untuk meningkatkan kepedulian terhadap sesama.
Memberikan bantuan terhadap orang yang membutuhkan dan mempererat hubungan
dengan sesama adalah bagian dari perbaikan diri dan meningkatkan keimanan. Yang
demikian itu apabila kepeduliannya didasari niat yang ikhlas, bukan karena riya
(ingin dilihat orang lain) ataupun sum’ah (ingin didengar orang
lain).
Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam bersabda:
مَنْ
فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لَا يَنْقُصُ مِنْ
أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا
“Barangsiapa
memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti pahala orang
yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit
pun.” [Shahih, HR Tirmidzi dan Ibnu Majah]
5. Memperbanyak
doa dan dzikir
Diantara
karakter orang-orang yang beriman ialah memperbanyak doa dan dzikir dalam
keseharian. Doa dan dzikir ini pula yang mampu memperkuat keimanan seorang
muslim. Sehingga sebagai seorang muslim hendaknya senantiasa memperbanyak doa
dan dzikir dalam keseharian.
Ayat-ayat yang menjelaskan tentang puasa dalam QS
al-Baqarah disela dengan ayat tentang doa dan dzikir. Hal ini menunjukkan pentingnya doa dan dzikir.
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَإِنِّيْ قَرِيْبٌ أُجِيْبُ دَعْوَةَ
الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ
يَرْشُدُوْنَ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku
bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku
kabulkan permohonan orang yang berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi
(perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran.” [QS
al-Baqarah (2) ayat 186]